Sebelum memulia berkarir di industri pertambangan, saya memulai dengan magang pada tahun 2009 di salah satu kontraktor terbesar di Indonesia yang memiliki Popularitas yang cukup besar di dunia pertambang khususnya di indonesia, Dalam aktifitas tersebut saya memulai dengan melakukan penelitian terkait keefektifan penerangan yang ada di area tambang terutama untuk mendukung produktifitas karyawan dan unit yang melakukan kegiatan operasional dan tentunya karena aspek Keselamatan Pertambangan yang menjadi prioritas utama.
Oke, langsung pada intinya, gambaran penelitian yang saya lakukan.
Penerangan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksakan kegiatan secara efektif yang berasal dari cahaya
alami maupun buatan. Penerangan sangat penting sebagai suatu faktor
keselamatan dalam lingkungan fisik pekerja serta penerangan jika dalm suatu
tempat kerja memiliki penerangan yang cukup dan diatur sesuai dengan jenis
pekerjaan dapat menghasilkan produksi maksimal dan penekanan biaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui intensitas penerangan
buatan yang tepat pada malam hari di areal sekitar pertambangan batubara
sehingga memudahkan para pekerja untuk bekerja tanpa ada alasan kerena
penerangan yang kurang.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan memberikan gambaran
pengetahuan tentang Tower Lamp diarea pertambangan dengan melakukan
pengukuran intensitas penerangan yang dihasilkan oleh Tower Lamp. Data yang
digunakan ada 2 macam, yaitu data primer yang diperoleh dari observasi langsung
dan data skunder yang diperoleh dari data-data yang ada pada dokumen di
perusahaan yang berhubungan dengan proses kerja di PT. PAMAPERSADA
NUSANTARA site KIDECO.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem penerangan yang
sudah diterapkan diperusahaan sudah lumayan bagus khsusnya untuk penerangan
malam untuk area pertambangan tetapi masih banyak intensitas penerangan yang
dihasilkan suatu Tower Lamp untuk menyinari area tertentu di PT.
PAMAPERSADA NUSANTARA khususnya di Jobsite KIDECO belum sesuai
dengan peraturan yang sudah ditetapkan yaitu Peraturan Menteri Perburuhan No.
7 tahun 1964 dan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Syarat-Syarat
Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan dalam Tempat Kerja. Maka dari itu
perlu adanya tindak lanjut sesuai dengan kerangka pemikiran yang ada apakah
program ini berhasil dilaksanakan maupun tidak.
Jadi saya tidak menjelaskan banyak terkait teori penerangan ya, jika ingin melihat detail terkait asal-usul dari penerangan, regulasi yg di gunakan, dan yang lain, kalian dapat mencari langsung di google atau melihat hasil laporan saya di :
Arif Ridwan Laporan Khusus | PDF (scribd.com)
Langsung ke pembahasan berapa standart penerangan yang di gunakan di tempat kerja pada tahun tersebut.
Intensitas penerangan yang dibutuhkan masing-masing tempat kerja
ditentukan dari jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan. Semakin tiongkat
ketelitian suatu pekerjaan, maka semakin besar kebutuhan intensitas penerangan
yang diperlukan, demikian pula sebaliknya. Standart penerangan di Indonesia
telah ditetapkan seperti tersebut dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.
7 tahun 1964, tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan, dan penerangan
ditempat kerja. Standart penerangan yang telah ditetapkan di Indonesia tersebut
secara garis besar hamper sama dengan standart internasional. Sebagai contoh di
Australia menggunakan standart AS 1680 untuk interior lighting yang mengatur intensitas penerangan sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaanya. Secara ringkas
intensitas penerangan yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut :

Dari uraian singkat tentang lingkungan kerja fisik tersebut dapat dipertegas bahwa
dengan pengendalian faktor-faktor yang berbahaya dilingkungan kerja,
diharapkan akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
produktif bagi tenaga kerja. Hal tersebut dimaksudkan untuk menurunkan angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja sehingga akan meningkatkan produktifitas
tenaga kerja. Hal tersebut akan dapat terlaksana dengan adanya kebijaksanaan
managemen dan komitmen dari pihak pengurus untuk selalu memperhatikan
penanganan lingkungan yang bersinambungan dan kerja sama antara pihak
pengusaha sebagai pemberi fasilias dan tenaga kerja sebagai pengguna fasilitas,
dimana masing-masing pihak menyadari tugasnya dalam rangka menciptakan
tempat kerja yang aman dan nyaman.
Dalam hasil penelitian yang saya lakukan di area tambang terutama di malam hari, jadi hampir keseluruhan perusahaan pertambangan di indonesia termasuk seluruh dunia, pasti melakukan kegiatan operasional pertambangan secara 2 shift, baik sift siang muapun malam. Kalo kegiatan operasional itu dilakukan di siang hari oke lah ya, karena ada matahari (sebagai sumber penerangan alami) yang membantu menerangi area kerja, tapi beda halnya ketika operasional di lakukan di malam hari, pasti memerlukan bantuan penerangan buatan dengan intensitas yang cukup besar untuk mendapatkan lux yang sesuai dengan ketentuan. Sumber yang di gunakan biasanya menggunakan lampu yang di pasang dalam tower tinggi atau biasa di sebut Tower Lamp/Mega Tower dengan karakter lampu yang variatif, ada yang menggunakan bohlam, LED, dll.
Dalam hasil penelitian :
Penerangan yang ada di area Front 5E2 yang mana tujuan dari sinar Tower
lamp adalah tempat unit bekerja mengisi muatan berupa tanah galian bekas
blasting.
Ilustrasi Gambarnya :
Rumus penentuan sudut lampu : tan α = I/h
Dimana :
I : yang menimpa atau sampai pada permukaan bidang sedangkan h : sumber penerangan sebagai titik jaraknya.
Dengan menggunakan rumus tersebut maka sudut lampu untuk penerangan yang
berada di area area Front 5E2 adalah :
tan α = I/h
α = tan-2 37/6)
α = 80,8 derajat
Area Front 5E2 adalah area yang digunakan untuk tempat unit bekerja
memindah tanah galian bekas blasting dengan tujuan untuk mengambil
batubara yang ada dibawahnya, maka dari itu diperlukan penerangan yang
cukup. Setelah dilakukan pengukuran maka didapatkan intensitas penerangan
di area Front 5E2 dengan sumber penerangan buatan yang berasal dari Tower
Lamp, untuk sampai pada tempat unit bekerja mengisi muatan berupa tanah
galian bekas blasting dengan jarak 50 meter adalah sebesar 4 lux sedangkan
bila hasil perhitungan dibandingkan dengan undang-undang yaitu Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 tahun 1964, tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan, dan penerangan ditempat kerja. Dari hasil pengukuran yang didapat belum sesuai. Biasanya
dari pihak perusahaan sendiri kurang peduli akan hal yang sepele tersebut
padahal bayak akibat hal yang terjadi akibat penerangan yang kurang semisal
adanya peningkatan kecelakaan. Maka dari itu demi memenuhi tingkat
penerangan agar sesuai perlu adanya perubahan mulai dari sumber penerangan
yang berasal dari Tower Lamp tersebut masih kurang karena hanya ada 1
lampu yang mengarah ke area area Front 5E2. Seharusnya perlu adanya
perubahan tempat peletakan Tower lamp supaya lebih dekat dengan area yang
digunakan untuk bekerja atau dengan menggeser sudut lampu agar sinar yang
dipancarkan lebih jauh serta perlu penambahan lampu yang baru, agar penerangan pada area area Front 5E2 tersebut memenuhi ketentuan yang
berlaku.
Pada intinya gini, penerangan buatan terutama di tambang terbuka biasanya di lengkapi dengan fasilitas penerangan buatan yang sifatnya fleksible dalam arti memiliki alat yang portable yang setiap saat dapat di pindah dan di sesuaikan dengan kebutuhan. Sehingga, user dapat memposisikan unit tersebut sampai ketemu intensitas penerangan yang sesuai dengan ketentuan peraturan atau kebutuhan operasional. Tujuan dari penelitian ini sebernya sekaligus membuat semacam guide terhadap user mengenai pemasangan penerangan buatan yang berasal dari tower lamp/mega tower dengan spesifikasi masing mengenai ketinggian dari tower lamp, lampu yang digunakan, sudut arah lampu sehingga mendapatkan jarak yang sesuai dengan standart NAB (nilai ambas batas) hingga di terima diangka yang miminum.
Industri pertambangan termasuk salah satu industri yang memiliki resiko sangat tinggi, ada banyak faktor bahaya dari kegiatan operasional pertambangan, salah satunya adalah Faktor Fisik, Pencahayaan adalah salah satu faktor dari faktor fisik tersebut yang impactnya cukup besar, bisa menyebabkan PAK (penyakit akibat kerja) jika karyawan bekerja dengan kecukupan penerangan yang kurang, terganggunya operasional pertambangan karena produktifitas dari unit produksi yang menurun (karena karyawn perlu tenaga ekstra bekerja dengan penerangan yg kurang), bahkan dampak sampe menyebabkan kecelakaan (incident) di tempat kerja.
Mungkin itu ya, sedikit sharing terkait gambaran awal sebelum saya merintis karir di dunia pertambangan, dari situ lah awal mula saya tertarik untuk lebih dalam menggeluti pekerjaan di pertambangan terutama di bagian Safety, Health & Environment. Setelah lebih dalam mempelajari, ternyata memang betul, bahwa aspek Safety, Health & Environment cukup penting untuk berjalanya suatu industri, karena perusahaan pasti menganggap bahwa karyawan termasuk asset yang sangat berharga bagi keberlangsungan perusahaan, sehingga perlu adanya jaminan saat bekerja untuk mendapatkan kenyamanan & keselamatan dalam bekerja untuk mendapatkan kualitas dan produktifitas yang di hasilkan. Banyak perusahaan yang menganggap remeh aspek tersebut karena beranggapan tidak terlalu berdampak besar terhadap keuntungan perusahaan atau bahkan ada yg menganggap menggangu produktifitas perusahaan, tetapi seharusnya jika hal tersebut di jalankan sesuai dengan ketentuan, itu bisa sangat mendukup peningkatan produktifitas di operasional.
Komentar
Posting Komentar